Minggu, 23 Maret 2014

MATERI UJIAN PRAKTEK BAHASA ARAB


MATERI UJIAN PRAKTEK BAHASA ARAB KELAS XI IPA1 DAN IPS 1

أَمِيْنُ الْمَكْتـَبـَةِ              : أَهْلاًوَسَهْلاً
الطَّالِبُ                    : أهْلاًبِكَ
أمين المكتبة                : مَاذاَ تـُرِيْدُ؟
الطالب                    : أُرِيْدُ قِرَاءَة َاْلكِتـَابِ وَالْمَجَلَّةِ
أمين المكتبة                : أَيُّ كِتـَابٍ تـَقـْرَأُ
الطالب                    : أَقْرَأُ  كِتـَابَ التـَّارِيْخِ الْإسْلاَمِي
أمين الكتبة                : أَيَّةُ مَجَلَّةٍ تـَحْتـَاجُ؟ تَحْتَاجِيْنَ
الطالب                    : أَحْتـَاجُ إلىَ مَجَلَّةٍ عِلـْمِيَّةٍ وَتِكْنُوْلِيْجِيَّةِ
أمين المكتبة               : يُمْكـِنـُكَ أَنْ تـَأْخُذَ الْكِتـَابَ فِي الرَّفِّ  
                             الْخَامِسِ وَتـَأْخُذَ الْمَجَلـَّةَ فِي الرَّفِّ 
                             الثـَّانِي            
الطالب                    : شكرا
أمين الكتبة                : عفوا
 MATERI UJIAN PRAKTEK BAHASA ARAB KELAS XI IPA2 DAN IPS 2 

أمِيْنَةُ  الْمَكْتـَبـَةِ              : أَهْلاًوَسَهْلاً
الطَّالِبَةُ                     : أهْلاًبِكَ
أمِيْنَةُ  المكتبة                : مَاذاَ تُرِيْدِيْنَ
الطَّالِبَةُ                   : أُرِيْدُ قِرَاءَة َالكِتـَابِ وَالْمَجَلَّةِ
أمِيْنَةُ  المكتبة                : أَيُّ كِتـَابٍ  تَقْرَإِيْنَ
الطالبةُ                    : أَقْرَأُ  كِتـَابَ التـَّارِيْخِ الإسْلاَمِي
أمِيْنَةُ  الكتبة                : أَيَّةُ مَجَلَّةٍ  تَحْتَاجِيْنَ؟
الطالبة                    : أَحْتـَاجُ إلىَ مَجَلَّةٍ عِلـْمِيِّةٍ وَتِكْنُوْلِيْجِيَّةِ
أمِيْنَةُ  المكتبة               : يُمْكـِنـُكِ أَنْ تـَأْخُذِيْ الْكِتـَابَ فِي الرَّفِّ  
                             الْخَامِسِ وَتـَأْخُذِيْ الْمَجَلـَّةَ فِي الرَّفِّ 
                             الثـَّانِي            
الطالبةُ                    : شكرا
أمين الكتبة                : عفوا

Kamis, 20 Maret 2014

KUMPULAN KHUTBAH JUM'AT

1- "CERDAS DALAM MENGHADAPI MUSIBAH"

Khutbah Pertama
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Marilah kita meningkatkan iman dan taqwa, mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun dan bertobat kepada-Nya, sebelum ajal menjemput kita, atau sebelum berbagai musibah dan bencana menimpa kita.
Kemudian mari kita tundukkan kepala sejenak, merenung dan introspeksi…! Negeri kita ini seolah-olah tidak pernah berhenti dari berbagai macam musibah dan bencana, besar maupum kecil. Semenjak gelombang tsunami menerjang Aceh (26 Desember 2004), secara beruntun dan bertubi-tubi musibah itu menimpa kita, bangsa Indonesia, silih berganti: gempa bumi, angin lesus, angin puting beliung dan tornado, tanah longsor, banjir, gunung meletus, berbagai penyakit seperti flu burung, flu babi dll, dan berbagai kecelakaan (darat, laut, dan udara), serta Lumpur Lapindo Porong dan lain sebagainya.

Pendek kata, seolah-olah tiada hari tanpa musibah. Yang kesemuanya menelan korban yang cukup banyak baik korban jiwa maupun materi (harta benda). Terakhir gempa bumi yang meluluh-lantakkan Padang, Sumatra Barat (September 2009).
Kita yang selamat dari musibah itu tentu ikut merasa sedih dan prihatin atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita. Kita doakan semoga Allah memeberikan kesabaran, pahala dan ganti yang lebih baik, dan yang meninggal semoga diampuni dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya, dan dilimpahi rahmat oleh Allah di alam kuburnya. Amin.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari berbagai musibah itu ada ibrah (pelajaran) dan hikmah yang perlu diambil. Tidak cukup hanya membenarkan hasil analisis ilmu pengetahuan yang menegaskan bahwa gempa bumi di Indonesia itu “wajar” alias “fenomena alam biasa”. Karena di wilayah Indonesia ini banyak terdapat gunung berapi (deretan sirkum pasifik) yang menyebabkan terjadinya gempa vulkanik, atau karena terjadinya pergeseran lempeng bumi (yaitu lempeng Indo-Australi dan Indo-Eurasia) yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik yang dahsyat (seperti yang terjadi di Aceh) itu. Kita tidak bermaksud menolak itu, tetapi kalau berhenti sampai di sini… ya ini yang namanya sekuler. Menilai segala sesuatu hanya dari sisi dunia dan IPTEK semata, tidak mengaitkan dengan agama. Padahal konsep agama dalam memandang bencana  ini sangat penting, tidak boleh diabaikan, karena akan membuat umat manusia introspeksi, dan memperbaiki diri. Orang yang mengembalikan urusan bencana hanya kepada alam, tidak pernah mengaitkannya dengan Allah –baik sebab, akibat maupun solusinya- adalah orang-orang yang sombong, bukan sifat orang yang beriman (lihat QS. Al-Jatsiyah: 24).
Berikut ini pelajaran penting dari berbagai musibah dari kaca mata agama:
Pertama, berbagai musibah besar itu bukti kekuasaan Allah, ke-Maha Besaran Allah, dan  bukti kelemahan manusia. Coba kita perhatikan: dalam hitungan menit Aceh rata dengan tanah, dalam hitungan detik Yogja dan Padang hancur total. Dan manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Jangankan menolak bencana, dapat menghindar untuk menyelamatkan diri sendiri saja sudah untung. Makanya tidak pantas manusia menyombongkan diri.
Kedua, Musibah (cobaan atau azab) Allah itu selalu datang secara tiba-tiba. Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ
“Sebenarnya (azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (QS. Al-Anbiya’: 40)
Ayat ini menjelaskan bahwa musibah (bencana) datang secara tiba-tiba, dan manusia tidak mampu menolaknya.
Ketiga, Musibah itu menimpa seluruh manusia. Ketika musibah besar menimpa, maka yang terkena musibah bukan hanya orang-orang zalim dan berbuat maksiat saja, tetapi orang-orang beriman dan orang shaleh pun terkena juga. Allah berfirman, yang artinya:
“Dan takutlah (jagalah) dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya.: (QS. Al-Anfal: 25)
Keempat, setiap musibah itu adalah “bima kasabat aidin-nas/ aidikum” (sebab ulah tangan dan dosa manusia). Allah berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Di ayat lain Allah berfirman, yang artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Nah, bima kasabat aidin-nas itu ada dua:
  1. Kesalahan yang mempunyai hubungan langsung dengan terjadinya musibah, seperti: penebangan hutan secara liar akan menyebabkan banjir dan tanah longsor dll, zina (seks bebas, atau homo seks) menyebabkan virus HIV/ AIDS, pengrusakan lingkungan menyebabkan terjadinya pemanasan global, perubahan musim dsb.
  2. Kesalahan berupa dosa. Seperti: syirik, bid’ah, dan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang kian merajalela. Ini memang tidak ada hubungan langsung dengan bencana, tetapi kemaksiatan dan kemungkaran itu mengundang murka Allah, yang bisa berupa musibah atau hilangnya berkah. Ummu Salamah Rodiallohu `anha berkata: aku mendengar Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
    إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِى فِى اُمَّتِى عَمَّهُمُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ …
    “Apabila maksiat sudah merajalela di kalangan umatku, Allah akan menurunkan siksa dari sisi-Nya kepada mereka secara merata…” (HR. Ahmad, dll. Hadits Shahih)
    Jadi, ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
    Dosa dan kemaksiatan akan menyebabkan terjadinya musibah, dan musibah bisa berupa siksaan dan kehancuran. Sejarah telah membuktikan:
    1. Kaum Nabi Nuh `alaihi salam ditenggelamkan Allah dengan banjir bah karena ingkar dan menentang ajaran Nabi Nuh `alaihi salam.
    2. Kaum Nabi Hud `alaihi salam (kaum Ad) dihancurkan Allah dengan angin topan, setelah mereka menentang Nabi Hud `alaihi salam.
    3. Kaum Nabi Shaleh `alaihi salam (kaum Tsamud) dihancurkan Allah dengan petir yang menyambar mereka karena keingkaran mereka.
    4. Kaum Nabi Luth `alaihi salam dihancurkan Allah dengan hujan batu yang sangat panas karena perbuatan keji mereka berupa homo seks.
    5. Kaum Nabi Syueb `alaihi salam yang menyombongkan diri dibinasakan Allah dengan suara guntur, sehingga mereka bergelimpangan.
    6. Raja Namrud dan kaumnya yang ingkar dengan dakwah Nabi Ibrahim `alaihi salam, bahkan mereka membakar Nabi Ibrahim, dibinasakan Allah dengan pasukan nyamuk.
    7. Fir’aun dan bala tentaranya yang memusuhi dakwah Nabi Musa `alaihi salam, ditenggelamkan Allah di Laut Merah.
    8. Qarun yang kaya raya, tapi meterialis dan pelit (kikir) ditelan bumi beserta seluruh harta kekayaannya –hingga sekarang kalau ada orang menemukan harta di dalam bumi kita sebut “menemukan harta karun”-.
    Demikian seterusnya, bahwa kemaksiatan dan kekafiran akan menimbulkan bencana, siksaan dan kehancuran. Belum cukupkah bukti-bukti itu?!
  • Sementara di Negara kita, Indonesia, maksiat apa yang tidak ada?! Semua ada, dan semua dilakukan dengan terang-terangan, tidak ada yang tersembunyi.
  • Maka sekali lagi, tidak boleh kita menyikapi setiap bencana itu hanya dengan mengatakan, “Itu fenomena alam biasa”, “wajar”, dan sebagainya. Tidak dikaitkan dengan konsep agama. Karena ini tidak membuat orang jadi sadar dan memperbaiki diri.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumulllah,
Lalu apa tindakan kita, dan bagaimana sikap kita dalam hal ini?!
  1. Tidak merusak lingkungan, karena orang beriman akan memakmurkan bumi dengan menjaga dan melestarikan lingkungannya, bukan menebangi hutan untuk kekayaan pribadi misalnya, dst.
  2. Masing-masing individu mengakui dosa dan kesalahan kepada Allah, seperti syirik, bid’ah, maksiat, dan kesia-siaan. Bukan saling menyalahkan atau mencari kambing hitam. (lihat QS. Asy-Syura: 30 tadi)
  3. Sadar, dan takut kepada Allah, serta bertobat kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat ar-Rum: 41 tadi, yang artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
  4. Memperbanyak istighfar kepada Allah. Allah berfirman, yang artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33)
  5. Tidak merasa aman dari azab Allah. Allah berfirman, yang artinya: Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak diduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 99)
    • Kalau hanya percaya dengan hasil analisis tadi bahwa daerah yang rawan gempa hanyalah daerah sepanjang pantai barat Sumatra, terus Jawa bagian selatan, dan terus ke timur. Atau yang terancam tsunami adalah daerah pantai saja. Bagaimana dengan kasus Lumpur Lapindo Porong?! Nah, jangan merasa aman…! Musibah tidak hanya gempa dan tsunami…!
    • Bagi setiap mukmin, berbagai musibah itu akan menjadi peringatan dan memberikan banyak pelajaran untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak amal kebaikan, termasuk berbuat baik dengan alam lingkungan dan sesama umat.
  6. Sabar kalau sedang ditimpa musibah. Karena musibah adalah bagian dari ketentuan Allah. Menerimanya adalah wajib, karena ia termasuk kesempurnaan iman dan ridho kepada Allah sebagai Rabb. Dan Allah memuji orang-orang yang sabar (lihat QS. Al-Baqarah: 155-156)
Khutbah Kedua
Mari kita jaga Islam dan iman kita, dan marilah kita tingkatkan dakwah (amar makruf nahi mungkar) sebelum kita mengalami nasib serupa, atau bahkan lebih parah lagi, Allah berfirman:
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ
“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar: 55)
Kita berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari segala bencana, dilimpahi rahmat dan berkah-Nya, serta diberi keselamatan di dunia dan akhirat. Amin ya Rabbal ‘alamin. [*]

Indahnya Hidup di Bawah Naungan Sabar dan Syukur






إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Kaum muslimin wal muslimat Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah.

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah karena di hari yang mulia ini kita dikumpulkan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hari Jumat merupakan hari raya kaum muslimin dalam setiap pekannya.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Kaum muslimin wal muslimat yang dirahmati Allah.
Bulan Ramadhan beberapa saat lagi akan datang menjumpai kita, bulan yang mulia, yang diharapkan oleh orang-orang shalih perjumpaan dengannya. Di bulan tersebut, seseorang bisa mengumpulkan pahala yang banyak dengan waktu yang singkat demi mencapai kedudukan yang mulia di sisi Allah Ta’la.
Sejenak, marilah kita introspeksi, sudah berapa kali kita mendapati Ramadhan. Namun, apakah kita telah meraih pelajaran-pelajaran berharga dari bulan Ramadhan?! Sudahkah Ramadhan membuahkan perubahan dalam pribadi kita ataukah hanya sekedar rutinitas belaka yang datang dan berlalu begitu saja?!
Oleh karenanya, perkenankanlah kami pada khotbah kali ini untuk menyampaikan beberapa pelajaran Ramadhan, semoga dapat kita pahami, menjadi motivasi, dan dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Bulan Ramadhan merupakan sekolah keimanan dan bengkel yang sangat manjur bagi orang yang mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil darinya, di antaranya:

Ikhlas

Ikhlas merupakan fondasi pertama diterimanya suatu amalan ibadah seorang hamba. Dalam ibadah puasa secara khusus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من صام رمضان إيمانا واتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. bukhori dan Muslim)
Demikian pula dalam setiap amal ibadah kita, marilah kita ikhlaskan murni hanya untuk Allah semata sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah. Ingatlah bahwa sebesar apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi bila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka sia-sia belaka tiada berguna.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim no. 1905 dikisahkan bahwa tiga golongan yang pertama kali dicampakkan oleh Allah adalah mujahid, pemberi shodaqoh, dan pembaca Alquran. Perhatikanlah, bukankah jihad merupakan amalan yang utama?! Bukankah shodaqoh dan membaca Alquran merupakan amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa mereka malah dicampakkan ke neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan keikhlasan dalam beramal.

Mutaba’ah

Mengikuti sunah merupakan fondasi kedua untuk diterimanya suatu ibadah. Betapa pun ikhlasnya kita dalam beribadah tetapi kalau tidak sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tertolak dan tidak diterima. Oleh karenanya, dalam berpuasa kita meniru bagaimana puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mengakhirkan sahur dan bersegera dalam berbuka.
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Bukhori-Muslim)
Demikian pula dalam setiap ibadah lainnya, marilah kita berusaha untuk meniru agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga amal kita tidak sia-sia belaka.
Benarlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa setiap kebaikan dan kejayaan hanyalah dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun terkadang akal belum menerima sepenuhnya.
Dalam Perang Uhud, kenapa kaum muslimin mengalami kekalahan? Jawabannya, karena mereka tidak taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya, apabila kita menginginkan kejayaan maka hendaknya kita menghidupkan dan mengagungkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan malah merendahkan dan melecehkannya!!

Takwa dan Muroqobah

Meraih derajak takwa merupakan tujuan pokok ibadah puasa. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Takwa artinya takut kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya, marilah kita koreksi dan bertanya pada hati kita masing-masing, apakah kita bertujuan hendak meraih tujuan puasa ini?! Akankah kita memetik buah ketakwaan ini?! Ataukah kita puasa hanya menjalaninya dengan anggapan sekadar rutinitas saja?!
Seorang yang berpuasa tidak akan berbuka sekalipun manusia tidak ada yang mengetahuinya karena merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-geriknya. Demikianlah hendaknya kita dalam setiap saat merasa takut dan diawasi oleh Allah di mana pun berada dan kapan pun juga, terlebih ketika kita hanya seorang diri. Apalagi pada zaman kita ini, alat-alat kemaksiatan begitu mudah dikonsumsi, maka ingatlah bahwa itu adalah ujian agar Allah mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang takut kepada-Nya.

Persatuan

Bersatu dan tidak berpecah belah merupakan suatu prinsip yang diajarkan Islam dalam banyak ayat Alquran dan hadis. Dalam puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu hari (ketika) manusia berhari raya.” (HR. tirmidzi no. 607 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 224)
Ya, demikianlah ajaran Islam yang mulia. Lantas kenapa kita harus berpecah belah dan fanatik terhadap kelompok dan golongan masing-masing, padahal sembahan kita satu, Rasul kita satu, ka’bah kita satu, dan Alquran kita satu?! Oleh karenanya, marilah kita rapatkan barisan kita dan rajut persatuan dengan mengikuti Alquran dan sunah, taat kepada pemimpin kita, dan mengingkari setiap pemikiran yang mengajak kepada perpecahan.

Kembali kepada Ajaran Alquran

Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran yang berisi petunjuk bagi umat manusia. Allah berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka hal ini memberikan pelajaran kepada kita kaum muslimin agar kembali kepada ajaran Alquran dengan membacanya, memahami isinya, mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai cahaya dalam menapaki kehidupan ini.
Kehinaan yang menimpa kaum muslimin pada zaman sekarang tidak lain adalah disebabkan jauhnya mereka dari Alquran dan sunah.
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem al-inah (salah sistem menuju riba), kalian sibuk dengan ekor sapi, rela dengan tanaman, meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan Alah tidak mencabutnya dari kalian sehingga kalian kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud no. 3462 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 11)
Demikian pula, bencana demi bencana yang menimpa negeri ini dari tsunami, banjir, tanah longsor, lumpur panas, dan sebagainya, barangkali semua itu karena perbuatan dosa umat manusia agar mereka segera menyadari dan kembali kepada ajaran agama yang suci. Allah berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan ulah perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)
Demi Allah, sesungguhnya kemaksiatan itu sangat berpengaruh pada keamanan suatu negeri, kenyamanan, dan perekonomian rakyat. Sebaliknya, ketaatan akan membawa keberkahan dan kebaikan suatu negera. Allah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’rof: 96)

Kasih Sayang Terhadap Sesama

Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang dan kedermawanan, karena bulan itu adalah bulan yang sangat mulia dan pahalanya berlipat ganda. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi apabila di bulan Ramadhan, sehingga digambarkan bahwa beliau lebih dermawan daripada angin yang kencang.
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala semisal oran gyan gberpuasa, tanpa dikurangi dari pahala yang orang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi no. 807 dan dishohihkan al-Albani)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah agama yang rahmat (kasih sayang) kepada sesama. Bagaimana tidak, di antara nama Allah adalah Rahman dan Rahim (Maha penyayang), Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga adalah penyayang, Alquran juga penyayang, lantas bagaimana ajaran Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berbuat kasih sayang kepada sesama?!
Oleh karenanya, celakalah segelintir orang yang melakukan aksi-aksi terorisme dan pengeboman yang sangat bertentangan dengan prinsip Islam adalah kasih sayang sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat banyak seperti hilangnya keamanan negara, hilangnya nyawa, rusaknya bangunan, tercemarnya nama Islam, dan lain sebagainya.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ الْـمُسْتَقِيْمِ وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ الْـجَحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْـمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ الْـمُبِيْنَ وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَلَقَّوْا عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:

Akhlak yang Baik

Puasa tidak hanya menahan makan dan minum semata, tetapi lebih dari itu, yaitu menahan anggota badan dari bermaksiat kepada Allah. Menahan mata dari melihat yang haram, menjauhkan telinga dari mendengar yang haram, menahan lisan dari mencaci dan menggibah, menjaga kaki untuk tidak melangkah ke tempat maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya serta kebodohan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah kita mengetahui hikmah yang mendalam dari disyariatkannya puasa. Andaikan kita terlatih dengan pendidikan yang agung ini, niscaya Ramadhan akan berlalu sedang manusia berada dalam akhlak yang agung.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa wanita para sahabat menyuruh anak-anak mereka berpuasa, lalu apabila ada seorang anak yang menangis minta makan, maka dibuatkan mainan sehingga lupa hingga datang waktu berbuka.
Demikianlah hendaknya orang tua, mendidik anak-anak mereka dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ingatlah wahai kaum muslimin wal muslimat, anak merupakan anugerah dan nikmat dari Allah sekaligus amanat dan titipan Allah pada pundak kita yang dimintai pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Marilah kita didik anak kita dengan keimanan, ibadah, dan ketaatan serta hindarkan mereka dari teman-teman jelek yang kerap meracuni anak-anak kita. Hal ini lebih ditekankan lagi pada zaman ini di mana pergaulan, pengaruh, dan polusi-polusi kesucian anak begitu semarak mencari mangsanya sehingga sedikit sekali yang selamat darinya. Lihatlah mana anak-anak muda sekarang yang aktif di masjid?! Mana anak-anak muda sekarang yang siap menjadi imam shalat dan khotib Jumat?!!

Berjuang Melawan Hawa Nafsu

Dalam puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa nafsunya. Dia harus sabar menahan rasa lapar dan dahaga serta keinginan bersenggama yang sangat disenangi oleh nafsu manusia. Dia melawan kemauan hawa nafsu tersebut untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah.
Demikian hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin harus lebih mengedepankan cinta Allah daripada kemauan hawa nafsu yang kerap mengajak kepada kemaksiatan.
وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Maka siapa saja di antara kita yang terjerumus dalam dosa maka hendaknya dia berjuang melawan hawa nafsunya demi mendapatkan kecintaan Allah.

Konsisten/Terus di Atas Ketaatan

Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu, perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan maka beliau bersungguh-sungguh ibadah, menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih bersungguh-sungguh di akhir Ramadhan, bukan terbalik seperti kebanyakan di antara kita, di awal Ramadhan kita semangat tetapi di akhir-akhir Ramadhan sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan hiasan rumah.
Jadi, persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya menjelang Ramadhan ini. Jangan sampai kita hanya melewatinya sebagai rutinitas tahunan dan membiarnya berlalu tanpa makna yang spesial.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga kami, orang tua kami, istri dan anak-anak kami serta saudara-saudara kami semuanya.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, perbaikilah hati kami, dan perbaikilah keadaan negara kami.
Ya Allah, berilakanlah kekuatan dan hidayah kepada para pemimpin kami dalam menjalankan amanah-Mu dengan sebaik-baiknya.
Ya Allah, turunkanlah barokah-Mu dari langit dan bumi, ya Allah luaskanlah rezeki untuk kami dengan rezeki yang halal.
Ya Allah, janganlah Engkau sisakan sebuah dosa seorang dari kami kecuali Engkau telah mengampuninya, dan suatu hutang kecauli engkau melunasinya, sakit kecuali engkau menyembuhkannya, dan kesusahan kecuali Engkau memudahkannya.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَـهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْـمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ مَكَانٍ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَإتَائِذي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكََّرُوْنَ فَااذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْـجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.


 

Bertakwa Kepada Allah dalam Kehidupan Bertetangga

Download PDF
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أما بعد :
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Hendaklah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala, sebagaimana yang Allah perintahkan,
يايها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (QS. Ali Imron: 102)
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At Taghabun: 16)
فَاتَّقُواْ اللّهَ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)

Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita gembira mendengar berita yang Allah Ta’ala sampaikan di dalam kitab-Nya, mengenai berbagai macam keberuntungan yang akan kita dapatkan jika kita bertakwa kepada Allah Ta’ala?
Tidakkah kita senang mendengar firman Allah Ta’ala dalam surat Al Hujurat ayat: 13
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Thalaq: 2-3
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala dalam surat Ath Tholaq: 4?
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala dalam surat Al Anfal: 29?
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيِغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan (petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil). Dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala, dalam surat Ali Imron ayat 76?
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
“Sebenarnya, barangsiapa yang menepati janjinya dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala, dalam surat Ali Imron ayat 120?
وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا
“Dan jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya musuh-musuhmu itu tidak akan membahayakan kamu sedikitpun.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala, dalam surat Al A’rAf: 96?
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan seandainya penduduk sebuah negeri beriman dan bertaqwa, sungguh pasti telah Kami (Allah) bukakan keberkahan dari langit dan dari bumi. Dan akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah Ta’ala, dalam surat Ali Imran: 133?
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita ketakwaan sebagaimana yang diminta oleh nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu isi doa beliau, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya, beliau berdoa:
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan kecukupan.”(HR. Muslim no. 2721).
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Hendaknya kita yakin dengan seyakin yakinnya tanpa disertai keraguan sedikit pun bahwa apa yang Allah firmankan dalam kitab-Nya yang mulia itu adalah benar adanya. Dan, ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengingkari janjinya. Bukankah Allah telah berfirman dalam Surat Az Zumar: 20
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِّن فَوْقِهَا غُرَفٌ مَّبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ وَعْدَ اللهِ لاَ يُخْلِفُ اللهُ الْمِيعَادَ
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang Tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ:
Kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah,
Telah disebutkan sebelumnya sekian banyak ayat yang menjelaskan tentang keutamaan bertakwa kepada Allah, dan di antara bentuk ketakwaan kepada Allah adalah berbuat baik kepada tentangga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada sahabatnya yang mulia Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu yang salah satu isi pesan beliau adalah,
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada.”
Kaum muslimin, ini menunjukkan bahwa, kita bisa bertakwa kepada Allah di mana kita berada di belahan bumi ini, dan dalam kondisi apa pun.
Kaum muslimin, salah satu hal yang telah kita maklumi bahwa kita hidup bertetangga dengan orang lain. Maka, kita pun bisa untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala dalam kehidupan kebertetanggaan kita dengan orang lain.
Kaum muslimin, rahimakumullah
Di antara bentuk ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala dalam kehidupan kebertetanggaan kita adalah :
1. Menghormati dan berperilaku baik kepada mereka.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An Nisa: 36)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ رواه البخاري
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR. al-Bukhari),
2. Tidak melakukan sesuatu yang akan mengganggu mereka.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya.”
3. Bersabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَشْكُو جَارَهُ ، فَقَالَ : اذْهَبْ فَاصْبِرْ … رواه أبو داود
“Seorang lelaki pernah datang kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan perihal tetangganya, mak beliau – shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, pergilah Engkau dan bersabarlah.” (HR. Abu Dawud)
Kaum Muslimin, rahimakumullah
Inilah 3 hal di antara bentuk ketakwaan kepada Allah Ta’ala dalam kehidupan kebertetanggaan kita yang ingin khotib sampaikan pada kesempatan kali ini.
Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan taufik dan hidayah-Nya sehingga kita bisa bertakwa kepada Allah Ta’ala di mana pun kita berada termasuk saat kita berada di tengah-tengah tetangga-tetangga kita. Aamiin
Semoga pula Allah menjadikan kita tetangga yang baik, semoga pula Allah mengaruniakan kepada kita tetangga yang baik pula. Semoga Allah memberikan hidayah kepada tetangga-tetangga kita yang masih kita jumpai dari mereka hal-hal yang tidak baik, yang bertentangan dengan ajaran agama kita Islam yang mulia.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab :56)
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، , وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
ربَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
رَبِّنا اجْعَلْنِا مُقِيمَوا الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتنا ربَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
رَبَّنَا اغْفِرْ لِنا وَلِوَالِدَيّنا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً
رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Sumber: alsofwah.or.id