1- "CERDAS DALAM MENGHADAPI MUSIBAH"
Khutbah Pertama
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jum’at
Rahimakumullah,
Marilah kita meningkatkan iman dan taqwa, mendekatkan diri kepada Allah,
memohon ampun dan bertobat kepada-Nya, sebelum ajal menjemput kita,
atau sebelum berbagai musibah dan bencana menimpa kita.
Kemudian mari kita tundukkan kepala sejenak, merenung dan
introspeksi…! Negeri kita ini seolah-olah tidak pernah berhenti dari
berbagai macam musibah dan bencana, besar maupum kecil. Semenjak
gelombang tsunami menerjang Aceh (26 Desember 2004), secara beruntun dan
bertubi-tubi musibah itu menimpa kita, bangsa Indonesia, silih
berganti: gempa bumi, angin lesus, angin puting beliung dan tornado,
tanah longsor, banjir, gunung meletus, berbagai penyakit seperti flu
burung, flu babi dll, dan berbagai kecelakaan (darat, laut, dan udara),
serta Lumpur Lapindo Porong dan lain sebagainya.
Pendek kata, seolah-olah tiada hari tanpa musibah. Yang kesemuanya
menelan korban yang cukup banyak baik korban jiwa maupun materi (harta
benda). Terakhir gempa bumi yang meluluh-lantakkan Padang, Sumatra Barat
(September 2009).
Kita yang selamat dari musibah itu tentu ikut merasa sedih dan
prihatin atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita. Kita doakan
semoga Allah memeberikan kesabaran, pahala dan ganti yang lebih baik,
dan yang meninggal semoga diampuni dosa-dosanya, diterima amal
ibadahnya, dan dilimpahi rahmat oleh Allah di alam kuburnya. Amin.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari berbagai musibah itu ada
ibrah (pelajaran) dan hikmah yang
perlu diambil. Tidak cukup hanya membenarkan hasil analisis ilmu
pengetahuan yang menegaskan bahwa gempa bumi di Indonesia itu “wajar”
alias “fenomena alam biasa”. Karena di wilayah Indonesia ini banyak
terdapat gunung berapi (deretan sirkum pasifik) yang menyebabkan
terjadinya
gempa vulkanik, atau karena terjadinya pergeseran lempeng bumi (yaitu lempeng Indo-Australi dan Indo-Eurasia) yang menyebabkan terjadinya
gempa tektonik
yang dahsyat (seperti yang terjadi di Aceh) itu. Kita tidak bermaksud
menolak itu, tetapi kalau berhenti sampai di sini… ya ini yang namanya
sekuler. Menilai segala sesuatu hanya dari sisi dunia dan IPTEK semata,
tidak mengaitkan dengan agama. Padahal konsep agama dalam memandang
bencana ini sangat penting, tidak boleh diabaikan, karena akan membuat
umat manusia introspeksi, dan memperbaiki diri. Orang yang mengembalikan
urusan bencana hanya kepada alam, tidak pernah mengaitkannya dengan
Allah –baik sebab, akibat maupun solusinya- adalah orang-orang yang
sombong, bukan sifat orang yang beriman (lihat QS. Al-Jatsiyah: 24).
Berikut ini pelajaran penting dari berbagai musibah dari kaca mata agama:
Pertama,
berbagai musibah besar itu bukti kekuasaan Allah,
ke-Maha Besaran Allah, dan bukti kelemahan manusia. Coba kita
perhatikan: dalam hitungan menit Aceh rata dengan tanah, dalam hitungan
detik Yogja dan Padang hancur total. Dan manusia tidak dapat berbuat
apa-apa. Jangankan menolak bencana, dapat menghindar untuk menyelamatkan
diri sendiri saja sudah untung. Makanya tidak pantas manusia
menyombongkan diri.
Kedua,
Musibah (cobaan atau azab) Allah itu selalu datang secara tiba-tiba. Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ
“Sebenarnya (azab) itu akan datang kepada mereka
dengan sekonyong-konyong,
lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup
menolaknya, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (QS. Al-Anbiya’:
40)
Ayat ini menjelaskan bahwa musibah (bencana) datang secara tiba-tiba, dan manusia tidak mampu menolaknya.
Ketiga,
Musibah itu menimpa seluruh manusia.
Ketika musibah besar menimpa, maka yang terkena musibah bukan hanya
orang-orang zalim dan berbuat maksiat saja, tetapi orang-orang beriman
dan orang shaleh pun terkena juga. Allah berfirman, yang artinya:
“Dan takutlah (jagalah) dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksa-Nya.: (QS. Al-Anfal: 25)
Keempat,
setiap musibah itu adalah “bima kasabat aidin-nas/ aidikum” (sebab ulah tangan dan dosa manusia). Allah berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Di ayat lain Allah berfirman, yang artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Nah,
bima kasabat aidin-nas itu ada dua:
- Kesalahan yang mempunyai hubungan langsung dengan terjadinya musibah,
seperti: penebangan hutan secara liar akan menyebabkan banjir dan tanah
longsor dll, zina (seks bebas, atau homo seks) menyebabkan virus HIV/
AIDS, pengrusakan lingkungan menyebabkan terjadinya pemanasan global,
perubahan musim dsb.
- Kesalahan berupa dosa. Seperti: syirik, bid’ah, dan
berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang kian merajalela. Ini memang
tidak ada hubungan langsung dengan bencana, tetapi kemaksiatan dan
kemungkaran itu mengundang murka Allah, yang bisa berupa musibah atau
hilangnya berkah.
Ummu Salamah Rodiallohu `anha berkata: aku mendengar Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِى فِى اُمَّتِى عَمَّهُمُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ …
“Apabila maksiat sudah merajalela di kalangan umatku, Allah akan
menurunkan siksa dari sisi-Nya kepada mereka secara merata…” (HR. Ahmad,
dll. Hadits Shahih)
Jadi, ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dosa dan kemaksiatan akan menyebabkan terjadinya musibah, dan musibah
bisa berupa siksaan dan kehancuran. Sejarah telah membuktikan:
- Kaum Nabi Nuh `alaihi salam ditenggelamkan Allah dengan banjir bah karena ingkar dan menentang ajaran Nabi Nuh `alaihi salam.
- Kaum Nabi Hud `alaihi salam (kaum Ad) dihancurkan Allah dengan angin topan, setelah mereka menentang Nabi Hud `alaihi salam.
- Kaum Nabi Shaleh `alaihi salam (kaum Tsamud) dihancurkan Allah dengan petir yang menyambar mereka karena keingkaran mereka.
- Kaum Nabi Luth `alaihi salam dihancurkan Allah dengan hujan batu
yang sangat panas karena perbuatan keji mereka berupa homo seks.
- Kaum Nabi Syueb `alaihi salam yang menyombongkan diri dibinasakan Allah dengan suara guntur, sehingga mereka bergelimpangan.
- Raja Namrud dan kaumnya yang ingkar dengan dakwah Nabi Ibrahim
`alaihi salam, bahkan mereka membakar Nabi Ibrahim, dibinasakan Allah
dengan pasukan nyamuk.
- Fir’aun dan bala tentaranya yang memusuhi dakwah Nabi Musa `alaihi salam, ditenggelamkan Allah di Laut Merah.
- Qarun yang kaya raya, tapi meterialis dan pelit (kikir) ditelan bumi
beserta seluruh harta kekayaannya –hingga sekarang kalau ada orang
menemukan harta di dalam bumi kita sebut “menemukan harta karun”-.
Demikian seterusnya, bahwa kemaksiatan dan kekafiran akan menimbulkan
bencana, siksaan dan kehancuran. Belum cukupkah bukti-bukti itu?!
- Sementara di Negara kita, Indonesia, maksiat apa yang tidak ada?!
Semua ada, dan semua dilakukan dengan terang-terangan, tidak ada yang
tersembunyi.
- Maka sekali lagi, tidak boleh kita menyikapi setiap bencana itu
hanya dengan mengatakan, “Itu fenomena alam biasa”, “wajar”, dan
sebagainya. Tidak dikaitkan dengan konsep agama. Karena ini tidak
membuat orang jadi sadar dan memperbaiki diri.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumulllah,
Lalu apa tindakan kita, dan bagaimana sikap kita dalam hal ini?!
- Tidak merusak lingkungan, karena orang beriman akan
memakmurkan bumi dengan menjaga dan melestarikan lingkungannya, bukan
menebangi hutan untuk kekayaan pribadi misalnya, dst.
- Masing-masing individu mengakui dosa dan kesalahan kepada Allah,
seperti syirik, bid’ah, maksiat, dan kesia-siaan. Bukan saling
menyalahkan atau mencari kambing hitam. (lihat QS. Asy-Syura: 30 tadi)
- Sadar, dan takut kepada Allah, serta bertobat kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat ar-Rum: 41 tadi, yang artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
- Memperbanyak istighfar kepada Allah. Allah berfirman, yang artinya:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan kamu
berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedangkan mereka meminta ampun.” (QS. Al-Anfal: 33)
- Tidak merasa aman dari azab Allah. Allah berfirman, yang artinya:
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak
diduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang
yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 99)
- Kalau hanya percaya dengan hasil analisis tadi bahwa daerah yang
rawan gempa hanyalah daerah sepanjang pantai barat Sumatra, terus Jawa
bagian selatan, dan terus ke timur. Atau yang terancam tsunami adalah
daerah pantai saja. Bagaimana dengan kasus Lumpur Lapindo Porong?! Nah,
jangan merasa aman…! Musibah tidak hanya gempa dan tsunami…!
- Bagi setiap mukmin, berbagai musibah itu akan menjadi peringatan dan
memberikan banyak pelajaran untuk semakin mendekatkan diri kepada
Allah, memperbanyak amal kebaikan, termasuk berbuat baik dengan alam
lingkungan dan sesama umat.
- Sabar kalau sedang ditimpa musibah. Karena musibah
adalah bagian dari ketentuan Allah. Menerimanya adalah wajib, karena ia
termasuk kesempurnaan iman dan ridho kepada Allah sebagai Rabb. Dan
Allah memuji orang-orang yang sabar (lihat QS. Al-Baqarah: 155-156)
Khutbah Kedua
Mari kita jaga Islam dan iman kita, dan marilah kita tingkatkan dakwah
(amar makruf nahi mungkar) sebelum kita mengalami nasib serupa, atau
bahkan lebih parah lagi, Allah berfirman:
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ
رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ
لا تَشْعُرُونَ
“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu
tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar: 55)
Kita berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari segala bencana,
dilimpahi rahmat dan berkah-Nya, serta diberi keselamatan di dunia dan
akhirat. Amin ya Rabbal ‘alamin. [*]
6/14/2012 04:26:00 PM by Zainal Abidin
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً
وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ
إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ
خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا،
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Kaum muslimin wal muslimat Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah.
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah karena di hari yang mulia ini
kita dikumpulkan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hari Jumat merupakan hari raya kaum muslimin dalam setiap pekannya.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu
mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Kaum muslimin wal muslimat yang dirahmati Allah.
Bulan
Ramadhan beberapa
saat lagi akan datang menjumpai kita, bulan yang mulia, yang diharapkan
oleh orang-orang shalih perjumpaan dengannya. Di bulan tersebut,
seseorang bisa mengumpulkan pahala yang banyak dengan waktu yang singkat
demi mencapai kedudukan yang mulia di sisi Allah Ta’la.
Sejenak, marilah kita introspeksi, sudah berapa kali kita mendapati
Ramadhan. Namun, apakah kita telah meraih pelajaran-pelajaran berharga dari bulan
Ramadhan?!
Sudahkah Ramadhan membuahkan perubahan dalam pribadi kita ataukah hanya
sekedar rutinitas belaka yang datang dan berlalu begitu saja?!
Oleh karenanya, perkenankanlah kami pada khotbah kali ini untuk menyampaikan beberapa pelajaran
Ramadhan, semoga dapat kita pahami, menjadi motivasi, dan dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Bulan
Ramadhan merupakan
sekolah keimanan dan bengkel yang sangat manjur bagi orang yang
mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil darinya, di
antaranya:
Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi pertama diterimanya suatu amalan ibadah seorang
hamba. Dalam ibadah puasa secara khusus Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
من صام رمضان إيمانا واتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa berpuasa di bulan
Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. bukhori dan Muslim)
Demikian pula dalam setiap amal ibadah kita, marilah kita ikhlaskan
murni hanya untuk Allah semata sehingga kita tidak mengharapkan selain
Allah. Ingatlah bahwa sebesar apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi
bila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka sia-sia belaka tiada
berguna.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim no. 1905 dikisahkan bahwa tiga
golongan yang pertama kali dicampakkan oleh Allah adalah mujahid,
pemberi shodaqoh, dan pembaca Alquran. Perhatikanlah, bukankah jihad
merupakan amalan yang utama?! Bukankah shodaqoh dan membaca Alquran
merupakan amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa mereka malah
dicampakkan ke neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan keikhlasan
dalam beramal.
Mutaba’ah
Mengikuti sunah merupakan fondasi kedua untuk diterimanya suatu ibadah.
Betapa pun ikhlasnya kita dalam beribadah tetapi kalau tidak sesuai
dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tertolak dan tidak
diterima. Oleh karenanya, dalam berpuasa kita meniru bagaimana puasa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mengakhirkan sahur dan
bersegera dalam berbuka.
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Bukhori-Muslim)
Demikian pula dalam setiap ibadah lainnya, marilah kita berusaha untuk
meniru agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sehingga amal kita tidak sia-sia belaka.
Benarlah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa setiap kebaikan dan kejayaan
hanyalah dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
walaupun terkadang akal belum menerima sepenuhnya.
Dalam Perang Uhud, kenapa kaum muslimin mengalami kekalahan? Jawabannya,
karena mereka tidak taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karenanya, apabila kita menginginkan kejayaan maka hendaknya kita
menghidupkan dan mengagungkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bukan malah merendahkan dan melecehkannya!!
Takwa dan Muroqobah
Meraih derajak takwa merupakan tujuan pokok ibadah puasa. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah: 183)
Takwa artinya takut kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya sesuai dengan sunah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya, marilah kita koreksi dan
bertanya pada hati kita masing-masing, apakah kita bertujuan hendak
meraih tujuan puasa ini?! Akankah kita memetik buah ketakwaan ini?!
Ataukah kita puasa hanya menjalaninya dengan anggapan sekadar rutinitas
saja?!
Seorang yang berpuasa tidak akan berbuka sekalipun manusia tidak ada
yang mengetahuinya karena merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah
dalam gerak-geriknya. Demikianlah hendaknya kita dalam setiap saat
merasa takut dan diawasi oleh Allah di mana pun berada dan kapan pun
juga, terlebih ketika kita hanya seorang diri. Apalagi pada zaman kita
ini, alat-alat kemaksiatan begitu mudah dikonsumsi, maka ingatlah bahwa
itu adalah ujian agar Allah mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang
takut kepada-Nya.
Persatuan
Bersatu dan tidak berpecah belah merupakan suatu prinsip yang diajarkan
Islam dalam banyak ayat Alquran dan hadis. Dalam puasa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu hari
(ketika) manusia berhari raya.” (HR. tirmidzi no. 607 dan dishohihkan
al-Albani dalam ash-Shohihah no. 224)
Ya, demikianlah ajaran Islam yang mulia. Lantas kenapa kita harus
berpecah belah dan fanatik terhadap kelompok dan golongan masing-masing,
padahal sembahan kita satu, Rasul kita satu, ka’bah kita satu, dan
Alquran kita satu?! Oleh karenanya, marilah kita rapatkan barisan kita
dan rajut persatuan dengan mengikuti Alquran dan sunah, taat kepada
pemimpin kita, dan mengingkari setiap pemikiran yang mengajak kepada
perpecahan.
Kembali kepada Ajaran Alquran
Bulan
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran yang berisi petunjuk bagi umat manusia. Allah berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan
Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang haq dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka hal ini memberikan pelajaran kepada kita kaum muslimin agar kembali
kepada ajaran Alquran dengan membacanya, memahami isinya,
mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai cahaya dalam menapaki
kehidupan ini.
Kehinaan yang menimpa kaum muslimin pada zaman sekarang tidak lain adalah disebabkan jauhnya mereka dari Alquran dan sunah.
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ
وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem al-inah (salah sistem
menuju riba), kalian sibuk dengan ekor sapi, rela dengan tanaman,
meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian
dan Alah tidak mencabutnya dari kalian sehingga kalian kepada agama
kalian.” (HR. Abu Dawud no. 3462 dan dishohihkan al-Albani dalam
ash-Shohihah no. 11)
Demikian pula, bencana demi bencana yang menimpa negeri ini dari
tsunami, banjir, tanah longsor, lumpur panas, dan sebagainya, barangkali
semua itu karena perbuatan dosa umat manusia agar mereka segera
menyadari dan kembali kepada ajaran agama yang suci. Allah berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan ulah perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)
Demi Allah, sesungguhnya kemaksiatan itu sangat berpengaruh pada
keamanan suatu negeri, kenyamanan, dan perekonomian rakyat. Sebaliknya,
ketaatan akan membawa keberkahan dan kebaikan suatu negera. Allah
berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS.
Al-A’rof: 96)
Kasih Sayang Terhadap Sesama
Bulan
Ramadhan adalah
bulan kasih sayang dan kedermawanan, karena bulan itu adalah bulan yang
sangat mulia dan pahalanya berlipat ganda. Nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dan
lebih dermawan lagi apabila di bulan
Ramadhan, sehingga digambarkan bahwa beliau lebih dermawan daripada angin yang kencang.
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya
pahala semisal oran gyan gberpuasa, tanpa dikurangi dari pahala yang
orang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi no. 807 dan dishohihkan
al-Albani)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah agama yang rahmat
(kasih sayang) kepada sesama. Bagaimana tidak, di antara nama Allah
adalah Rahman dan Rahim (Maha penyayang), Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam juga adalah penyayang, Alquran juga penyayang, lantas
bagaimana ajaran Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berbuat kasih
sayang kepada sesama?!
Oleh karenanya, celakalah segelintir orang yang melakukan aksi-aksi
terorisme dan pengeboman yang sangat bertentangan dengan prinsip Islam
adalah kasih sayang sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat banyak
seperti hilangnya keamanan negara, hilangnya nyawa, rusaknya bangunan,
tercemarnya nama Islam, dan lain sebagainya.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ
الْـمُسْتَقِيْمِ وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ
الْـجَحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ الْـمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ الْـمُبِيْنَ
وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَلَقَّوْا
عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا،
أَمَّا بَعْدُ:
Akhlak yang Baik
Puasa tidak hanya menahan makan dan minum semata, tetapi lebih dari itu,
yaitu menahan anggota badan dari bermaksiat kepada Allah. Menahan mata
dari melihat yang haram, menjauhkan telinga dari mendengar yang haram,
menahan lisan dari mencaci dan menggibah, menjaga kaki untuk tidak
melangkah ke tempat maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya serta
kebodohan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah kita mengetahui hikmah yang mendalam dari disyariatkannya
puasa. Andaikan kita terlatih dengan pendidikan yang agung ini, niscaya
Ramadhan akan berlalu sedang manusia berada dalam akhlak yang agung.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa wanita para sahabat
menyuruh anak-anak mereka berpuasa, lalu apabila ada seorang anak yang
menangis minta makan, maka dibuatkan mainan sehingga lupa hingga datang
waktu berbuka.
Demikianlah hendaknya orang tua, mendidik anak-anak mereka dalam ibadah
dan ketaatan kepada Allah. Ingatlah wahai kaum muslimin wal muslimat,
anak merupakan anugerah dan nikmat dari Allah sekaligus amanat dan
titipan Allah pada pundak kita yang dimintai pertanggungjawabannya kelak
di hadapan Allah.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Marilah kita didik anak kita dengan keimanan, ibadah, dan ketaatan serta
hindarkan mereka dari teman-teman jelek yang kerap meracuni anak-anak
kita. Hal ini lebih ditekankan lagi pada zaman ini di mana pergaulan,
pengaruh, dan polusi-polusi kesucian anak begitu semarak mencari
mangsanya sehingga sedikit sekali yang selamat darinya. Lihatlah mana
anak-anak muda sekarang yang aktif di masjid?! Mana anak-anak muda
sekarang yang siap menjadi imam shalat dan khotib Jumat?!!
Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Dalam puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa nafsunya. Dia
harus sabar menahan rasa lapar dan dahaga serta keinginan bersenggama
yang sangat disenangi oleh nafsu manusia. Dia melawan kemauan hawa nafsu
tersebut untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah.
Demikian hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin harus lebih
mengedepankan cinta Allah daripada kemauan hawa nafsu yang kerap
mengajak kepada kemaksiatan.
وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Maka siapa saja di antara kita yang terjerumus dalam dosa maka hendaknya
dia berjuang melawan hawa nafsunya demi mendapatkan kecintaan Allah.
Konsisten/Terus di Atas Ketaatan
Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu, perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh akhir bulan
Ramadhan maka beliau bersungguh-sungguh ibadah, menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih bersungguh-sungguh di akhir
Ramadhan, bukan terbalik seperti kebanyakan di antara kita, di awal
Ramadhan kita semangat tetapi di akhir-akhir
Ramadhan sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan hiasan rumah.
Jadi, persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya menjelang
Ramadhan ini. Jangan sampai kita hanya melewatinya sebagai rutinitas tahunan dan membiarnya berlalu tanpa makna yang spesial.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga kami, orang tua
kami, istri dan anak-anak kami serta saudara-saudara kami semuanya.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, perbaikilah hati kami, dan perbaikilah keadaan negara kami.
Ya Allah, berilakanlah kekuatan dan hidayah kepada para pemimpin kami dalam menjalankan amanah-Mu dengan sebaik-baiknya.
Ya Allah, turunkanlah barokah-Mu dari langit dan bumi, ya Allah luaskanlah rezeki untuk kami dengan rezeki yang halal.
Ya Allah, janganlah Engkau sisakan sebuah dosa seorang dari kami kecuali
Engkau telah mengampuninya, dan suatu hutang kecauli engkau
melunasinya, sakit kecuali engkau menyembuhkannya, dan kesusahan kecuali
Engkau memudahkannya.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ
جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَـهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ
الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ،
وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْـمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ
الْـمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ مَكَانٍ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَإتَائِذي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكََّرُوْنَ فَااذْكُرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ الْـجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُوْنَ.
Bertakwa Kepada Allah dalam Kehidupan Bertetangga
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أما بعد :
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Hendaklah kita bertakwa kepada Allah
Ta’ala, sebagaimana yang Allah perintahkan,
يايها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (QS. Ali Imron: 102)
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At Taghabun: 16)
فَاتَّقُواْ اللّهَ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita gembira mendengar berita yang Allah
Ta’ala sampaikan di dalam kitab-Nya, mengenai berbagai macam keberuntungan yang akan kita dapatkan jika kita bertakwa kepada Allah
Ta’ala?
Tidakkah kita senang mendengar firman Allah
Ta’ala dalam surat Al Hujurat ayat: 13
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah
Ta’ala dalam surat Ath Thalaq: 2-3
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.”
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah
Ta’ala dalam surat Ath Tholaq: 4?
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah
Ta’ala dalam surat Al Anfal: 29?
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَتَّقُوا اللهَ
يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيِغْفِرْ
لَكُمْ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu
Furqan
(petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil). Dan
Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni
(dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah
Ta’ala, dalam surat Ali Imron ayat 76?
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
“Sebenarnya, barangsiapa yang menepati janjinya dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa.”
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah
Ta’ala, dalam surat Ali Imron ayat 120?
وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا
“Dan jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya musuh-musuhmu itu tidak akan membahayakan kamu sedikitpun.”
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah
Ta’ala, dalam surat Al A’rAf: 96?
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن
كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan seandainya penduduk sebuah negeri beriman dan bertaqwa, sungguh
pasti telah Kami (Allah) bukakan keberkahan dari langit dan dari bumi.
Dan akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa
mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Tidakkah kita juga senang mendengar firman Allah
Ta’ala, dalam surat Ali Imran: 133?
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa.”
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita ketakwaan sebagaimana yang diminta oleh nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu isi doa beliau, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya, beliau berdoa:
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan kecukupan.”(HR. Muslim no. 2721).
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Hendaknya kita yakin dengan seyakin yakinnya tanpa disertai keraguan
sedikit pun bahwa apa yang Allah firmankan dalam kitab-Nya yang mulia
itu adalah benar adanya. Dan, ketahuilah bahwa Allah tidak akan
mengingkari janjinya. Bukankah Allah telah berfirman dalam Surat Az
Zumar: 20
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ
مِّن فَوْقِهَا غُرَفٌ مَّبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ
وَعْدَ اللهِ لاَ يُخْلِفُ اللهُ الْمِيعَادَ
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat
tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang
Tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji
dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ:
Kaum muslimin,
rahimani wa rahimakumullah,
Telah disebutkan sebelumnya sekian banyak ayat yang menjelaskan
tentang keutamaan bertakwa kepada Allah, dan di antara bentuk ketakwaan
kepada Allah adalah berbuat baik kepada tentangga. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada sahabatnya yang mulia Muadz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhu yang salah satu isi pesan beliau adalah,
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada.”
Kaum muslimin, ini menunjukkan bahwa, kita bisa bertakwa kepada Allah
di mana kita berada di belahan bumi ini, dan dalam kondisi apa pun.
Kaum muslimin, salah satu hal yang telah kita maklumi bahwa kita
hidup bertetangga dengan orang lain. Maka, kita pun bisa untuk bertakwa
kepada Allah
Ta’ala dalam kehidupan kebertetanggaan kita dengan orang lain.
Kaum muslimin,
rahimakumullah…
Di antara bentuk ketakwaan kita kepada Allah
Ta’ala dalam kehidupan kebertetanggaan kita adalah :
1. Menghormati dan berperilaku baik kepada mereka.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (QS. An Nisa: 36)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ رواه البخاري
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR. al-Bukhari),
2. Tidak melakukan sesuatu yang akan mengganggu mereka.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya.”
3. Bersabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَشْكُو جَارَهُ ، فَقَالَ : اذْهَبْ فَاصْبِرْ … رواه أبو داود
“Seorang lelaki pernah datang kepada nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan perihal tetangganya, mak beliau –
shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, pergilah Engkau dan bersabarlah.” (HR. Abu Dawud)
Kaum Muslimin,
rahimakumullah
Inilah 3 hal di antara bentuk ketakwaan kepada Allah
Ta’ala dalam kehidupan kebertetanggaan kita yang ingin khotib sampaikan pada kesempatan kali ini.
Semoga Allah
Ta’ala mengaruniakan taufik dan hidayah-Nya sehingga kita bisa bertakwa kepada Allah
Ta’ala di mana pun kita berada termasuk saat kita berada di tengah-tengah tetangga-tetangga kita. Aamiin
Semoga pula Allah menjadikan kita tetangga yang baik, semoga pula
Allah mengaruniakan kepada kita tetangga yang baik pula. Semoga Allah
memberikan hidayah kepada tetangga-tetangga kita yang masih kita jumpai
dari mereka hal-hal yang tidak baik, yang bertentangan dengan ajaran
agama kita Islam yang mulia.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab :56)
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، , وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى
وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ
نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ
سَخَطِكَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ
عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ
طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ
مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
ربَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي
لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا
ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
رَبِّنا اجْعَلْنِا مُقِيمَوا الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتنا ربَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
رَبَّنَا اغْفِرْ لِنا وَلِوَالِدَيّنا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً
رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً
لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
Sumber: alsofwah.or.id